Wednesday, December 29, 2010

doing GOOD thing UNCONDITIONALLY

Kematian seseorang yang berdampak besar biasanya adalah kematian orang yang sangat berharga bagi diri kita. But what if somebody we didn't fancy a lot passed away?

Mungkin, kita akan merasa tidak peduli. "Toh gue ngga gimana-gimana juga sama elo? Well, sad, it is. But that's another story of life, right?" Mungkin, sekali lagi, mungkin keadaannya akan demikian. Tapi ternyata situasi tersebut sama sekali tidak kurasakan. Ketika salah seorang mbak kosku, sebut saja namanya mbak Y, yang kamarnya sebelahan, tapi aku ngga pernah merasa sreg sama dia, sore ini meninggal dunia.

Mbak Y datang dari Kalimantan, sekitar 7 tahun yang lalu, untuk kuliah di Semarang. Aku panggil "mbak" juga sebenernya dia 1 tahun lebih muda dari aku. At first, ya ramah-ramah baru kenal lah. Lama kelamaan aku ngga suka sama satu hal kecil, yang dalam keadaan tertentu terasa sangat menyebalkan.

I don't know the truth, tapi menurut gosip dia datang dari keluarga yang ngga punya TV. Dan di kos, mbak Y nonton TV almost from AM to PM. Really. Catatan : TV-nya TV umum buat semua orang ya. Suatu ketika di hari off-ku, aku di kos seharian. Then I revealed her TV-phase. There she was, mulai nyalain TV jam 6 pagi, break jam 12 siang karena dia tidur, bangun jam 2 siang mata masih sepet nyalain TV lagi, dan nonstop sampai tengah malam, bahkan lewat. Tontonannya adalah hal-hal yang menurutku engga banget : sinetron dan reality show yang ditonton khusyuuuuk banget. Sampai ketawa-ketawa sendiri dan ngga nggubris apapun di sekitarnya.

Dari sudut pandangku, perTVan inilah yang bikin kuliahnya terbengkalai, dan dia nyaris ngga punya kehidupan sosial. Karena dia nyaris ga pernah keluar rumah, bahkan ga pernah pulang kampung. She just practically hogged the TV all the time. Ketika aku mengalami hari yang buruk di tempat kerjaan, pulang dalam keadaan capek malem-malem, dan sampai kos ngeliat dia nonton sinetron sambil acuh sama sekitar... I don't know, it's just irritate me. Plus aku juga ngerasa ngga sreg sama caranya dia grooming dan hal-hal yang berhubungan sama sanitasi. Kadang-kadang kejengkelanku aku tunjukkan dengan kata-kata "Ngga cape nonton TV terus?" yang agak sinis, atau masuk kamar pintunya setengah aku banting. And later on aku ngga pernah mendekatkan diri dengannya. Dia pun juga ngga berusaha dekat denganku. Ya ngga musuhan sih, kita ngobrol kadang-kadang, tukeran makanan, etc... Tapi tidak mendekatkan diri satu sama lain. Kupikir no need to clinging into somebody we didn't really feel it. Yang penting tidak saling mengganggu. Nah, hubungan semacam ini berlangsung selama 7 tahun.

Sampai ketika 5 hari yang lalu dia jatuh sakit. Kelihatannya sih seperti masuk angin. Demam, muntah-muntah, pengennya tiduran. Sepertinya sih selama sakit mbak Y ditemenin cowo temen kerjanya (ya, dia baru 2 minggu kerja di sebuah perusahaan jasa, walaupun kuliah belum selesai) yang selama ini luntang-lantung bareng terus sama dia. Meskipun si cowo ini mendadak ngga pernah muncul ketika mbak Y bedrest.

Dua hari kemudian, sakitnya ngga sembuh-sembuh. Di sore hari ke-3, aku pulang kerja, langit mendung gelap dan aku sangat capek, tiba-tiba dia mengetuk pintuku minta diantar ke dokter. Aku menolak, karena mendung dan dalam perjalanan pulang sudah gerimis. Daripada kehujanan? Benar saja, hujan turun, dan aku tertidur. Tahu-tahu pintu diketuk, mbak Y ngebangunin aku karena katanya hujan sudah berhenti. And I was like, WTH? In my grumpy opinion, why dont you wait till I woke up by myself? Toh kamu juga biasanya ngga nggubris aku ini? Kemana cowomu yang biasanya? Dan sejuta pikiran grumpy lainnya. Aku memang orangnya gampang uring-uringan kalau ngantuk. Udah gitu yang nongol pas pertama buka mata si mbak Y lagi, the one I didn't fancy a lot. Akhirnya dengan muka ditekuk dan bawa motor ugal-ugalan aku tetap nganterin mbak Y ke dokter. Case closed, pikirku waktu itu.

Aku kaget ketika di hari ke 4, tepatnya kemarin sore, dia masuk rumah sakit. Hepatitis katanya. Aku mulai merasa bersalah karena kemaren udah merengut-merengut pas nganterin ke dokter. Dan sore ini, di hari ke-5, aku ditelpon, dikabarin kalo mbak Y meninggal. Karena DBD dan Hepatitis C. Besok pagi almarhumah akan diterbangkan pulang ke Kalimantan. Oh God. It's just 5 frikkin short days. Betapa berkuasanya Allah SWT semesta alam, dimana Dia bisa mengambil seseorang dalam waktu sesingkat itu, dalam usia semuda itu. Somebody around us. Yang mungkin kita sayangi atau malah kita acuh.  

Perasaanku saat ini... I feel so confused. Aku sedih. Dan menyesal. Menyesal karena tidak mengakrabkan diri padanya? Maybe. Menyesal karena begitu grumpy padanya di saat dia sakit? Maybe. Menyesal because I acted like a bitch? Maybe. Aku merasa seperti orang jahat sekarang. Aku sedih. Dan merasa sangat bersalah. Oh my, it's been 7 years.

Ya Allah, ampuni aku.
Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf.
Tamparan ini keras. Keras sekali.
Membuatku merasa sangat bersalah.
Membuatku sadar, bahwa perbuatan baik itu seharusnya unconditionally.



Dan Mbak Y, aku minta maaf. Aku sangat menyesal.
Karena tidak cukup baik, karena tidak cukup ramah.
I never had ill intention to you.
Semoga beristirahat dengan tenang ya...

0 comments:

Post a Comment