Senin kemarin aku ngga masuk kantor karena flu. Entah gara-gara kehujanan atau keseringan pulang malam, yang pasti di pagi yang mendung itu aku cuma bisa goler-goler di kosan. Jendela terbuka lebar, tapi cahaya sangat redup. Angin dingin berhembus.
Lalu hujan turun.
Lalu hujan turun.
Kemudian aku teringat eyang kakungku. Yang aku panggil bapak. Yang memang merupakan sosok ayah seumur hidupku. Biasanya juga suka kangen-kangen gitu, tapi entah siang itu, rasanya seperti disergap rasa kangen yang lebih dari biasanya. Aku tak tahu apa namanya. Rasa yang khas tentang eyangku.
Lalu pelupuk mataku menghangat.
Lalu pelupuk mataku menghangat.
Usianya 70 plus plus. Masih kuat main tenis. Dulu aku yang remaja sering meninggikan nada suara jika berselisih paham dengan beliau, padahal seharusnya bukan demikian caranya. Senang mengoleksi kaos sponsor setiap aku habis event. Suka menonton sepak bola lalu heboh bermonolog dan menyumpah serapah. Selalu ikut dalam permainan ketika aku menelponnya dan berkata, "Halo, selamat siang, ini dari Polres Metro Jakarta Selatan.". Suka menggoda cucu-cucunya dengan mimik muka yang lucu. Jika mengecat ulang perabot/dinding warnanya selalu meleset sehingga rumah jadi berwarna-warni. Suka menggoreng ubi atau pisang jika sore turun hujan. Sangat sabar. Sangat baik. Dan aku berharap dia selalu sehat. Dan bahagia. Dan tangis semakin mengguncang bahuku.
Lalu aku meneleponnya.
Lalu aku meneleponnya.
"Halo, selamat siang, ini dari Polres Metro Jakarta Selatan."
0 comments:
Post a Comment