skip to main |
skip to sidebar
Saya ini ngga punya account twitter. I didn't do chirping through this cute lil bird.
Yah mungkin belum. Rasa males bikinnya kurang lebih sama ketika dulu semua orang nyuruh aku bikin account facebook. Buat apa, pikirku waktu itu. Rasanya alesan "biar eksis" tidak cukup kuat buat aku bikin akun fb. But eventually, for the sake of keep in touch with friends from the past or friends on faraway places or make a new friends, I signed up. Dan aku tetep ngga eksis kok, updatingnya jarang-jarang :p
Lately, some friends of mine keep bugging me to sign up in twitter too. Katanya di twitter ntar bisa rumpi2 bareng, bisa berbagi kegalauan, berbagi info. Katanya kalo ngga punya, aku cupu, aku ngga gaul, ngga ngikutin jaman, ngga ini, ngga itu. Bahkan dituduh sebenarnya aku ngga mudeng twitteran makanya aku ngga bikin-bikin. Aku cuma ketawa dan ngeles sana sini kaya angkot C10 jurusan Johar-Sampangan (bukan bajaj ya, karena di Semarang kan ngga ada bajaj)... Bahkan ketika aku ngeles ga biasa nyampah dikit-dikit, dan lebih suka nulis panjang di blog, ehhh si temen ngece : sekarang ngga jaman nulis panjang. Sekarang jamannya spill everything out in 140 characters. Ouch. Hehe but yea, dibanding ngeblog, ngetwit memang lebih mudah, cepat dan fun. Even beberapa blogger kondang pun terang-terangan bilang, sort of : maap jarang update blog, sekarang saya lebih aktif di twitter.
I fully understand kalo fungsi twitter as micro-blogging site dan blogging site itu serupa tapi tak sama. Sama-sama tempat mencurahkan pikiran. Sementara bedanya, yang paling mencolok tentu saja dari segi kepraktisannya. Even twitter sometimes referred as SMS of the internet. Memudahkan orang-orang yang suka 'nyampah' via dunia maya. Dan memang begitulah salah satu fungsi internet dan social networkingnya. Tempat bersosialisasi, berpendapat sesukanya. It feels good, sure it does. Maybe because we can write what we really think without having direct negative reaction. And we have much time to consider-reconsider and typing-retyping what we're gonna say (errr sometimes). And we won't get punch by simply blabbering on facebook status, no?
Apakah aku suka 'nyampah' juga? Well, who doesn't? But right now I'm trying to reduce my microblogging blabbering in non-productive way. Pengennya sih ngga melulu ngemeng ini itu yang ngga ada isinya, even yea, bebas lah, suka-suka kita, akun kita ini. Guilty pleasure bangetlah. So far wahanaku ya dua ini : facebook dan blogger. Tapi karena sedang belajar menulis dan belajar dewasa (agak eww memang alasannya) aku lagi berusaha mengerem, untuk tidak melulu curhat skindeep, aku ada dimana, pengen mengumpat siapa, pengen curcol apa, dan lain lain. Belum begitu berhasil sih, since everything's just bursted out and felt good :D That's why it called guilty pleasure, I assumed.
Nah, twitter ini, meski ngga semuanya, banyak juga yang melakukan hal semacam itu. Ngobrol, ngrumpi, curhat, berbagi kegalauan kalo kata abege gaul bilang. Aku ngga bilang itu salah ya, cuma akunya aja yang jadi discouraged. Memang sih slogannya Twitter itu : “Twitter is a service for friends, family, and co–workers to communicate and stay connected through the exchange of quick, frequent answers to one simple question: What are you doing?“... Tapi tetep aja, kalo di facebook atau di blog aja aku belum bisa memberikan sesuatu yang jadi added value buat orang lain, my twitter account won't make any different IMHO. If you wanna know what am I doing : buzz me, ping me, text me, email me, call me.
*intermezzo. Pas nulis ini aku sambil chat sama temen. Out of the blue lagi-lagi disuruh bikin twitter. Kali ini alesannya : buat nyampah, biar dia terhibur sama banyolan-banyolan akowh getoh :D
Biar ngga salah tangkep, sekali lagi aku garis bawahi ya : it's just me. Twitter-nya sendiri jelas ada manfaatnya. Everything's accessible. Update peristiwa terkini, tahu info band yang bakal dibawa Adrie Subono, tahu argumen Tifatul Sembiring soal isu pemblokiran BBM, dan menggalang solidaritas negeri. Say, #IndonesiaUnite, @jalinmerapi, dan masih banyak lainnya. Twitter juga digunakan perusahaan2 untuk mengetahui apa yang pelanggan pikirkan mengenai produk mereka sehingga bisa jadi masukan. Jadi manfaatnya depends on the user. Seperti nuklir, jadi penghancur Hiroshima-Nagasaki atau jadi tenaga pembangkit listrik, tergantung pemakaiannya. Tsahhh analoginya agak lebay :D
Jadi sekarang, ya, aku belum kepikiran bikin twitter. Maybe someday. I will let you know if I make one. Aku bahkan sudah kepikiran id twitter-nya lho. Engga kok, engga nama alay, promise :p
Sunday, January 16, 2011
intriguing CHIRPING
Saya ini ngga punya account twitter. I didn't do chirping through this cute lil bird.
Yah mungkin belum. Rasa males bikinnya kurang lebih sama ketika dulu semua orang nyuruh aku bikin account facebook. Buat apa, pikirku waktu itu. Rasanya alesan "biar eksis" tidak cukup kuat buat aku bikin akun fb. But eventually, for the sake of keep in touch with friends from the past or friends on faraway places or make a new friends, I signed up. Dan aku tetep ngga eksis kok, updatingnya jarang-jarang :p
Lately, some friends of mine keep bugging me to sign up in twitter too. Katanya di twitter ntar bisa rumpi2 bareng, bisa berbagi kegalauan, berbagi info. Katanya kalo ngga punya, aku cupu, aku ngga gaul, ngga ngikutin jaman, ngga ini, ngga itu. Bahkan dituduh sebenarnya aku ngga mudeng twitteran makanya aku ngga bikin-bikin. Aku cuma ketawa dan ngeles sana sini kaya angkot C10 jurusan Johar-Sampangan (bukan bajaj ya, karena di Semarang kan ngga ada bajaj)... Bahkan ketika aku ngeles ga biasa nyampah dikit-dikit, dan lebih suka nulis panjang di blog, ehhh si temen ngece : sekarang ngga jaman nulis panjang. Sekarang jamannya spill everything out in 140 characters. Ouch. Hehe but yea, dibanding ngeblog, ngetwit memang lebih mudah, cepat dan fun. Even beberapa blogger kondang pun terang-terangan bilang, sort of : maap jarang update blog, sekarang saya lebih aktif di twitter.
I fully understand kalo fungsi twitter as micro-blogging site dan blogging site itu serupa tapi tak sama. Sama-sama tempat mencurahkan pikiran. Sementara bedanya, yang paling mencolok tentu saja dari segi kepraktisannya. Even twitter sometimes referred as SMS of the internet. Memudahkan orang-orang yang suka 'nyampah' via dunia maya. Dan memang begitulah salah satu fungsi internet dan social networkingnya. Tempat bersosialisasi, berpendapat sesukanya. It feels good, sure it does. Maybe because we can write what we really think without having direct negative reaction. And we have much time to consider-reconsider and typing-retyping what we're gonna say (errr sometimes). And we won't get punch by simply blabbering on facebook status, no?
Apakah aku suka 'nyampah' juga? Well, who doesn't? But right now I'm trying to reduce my microblogging blabbering in non-productive way. Pengennya sih ngga melulu ngemeng ini itu yang ngga ada isinya, even yea, bebas lah, suka-suka kita, akun kita ini. Guilty pleasure bangetlah. So far wahanaku ya dua ini : facebook dan blogger. Tapi karena sedang belajar menulis dan belajar dewasa (agak eww memang alasannya) aku lagi berusaha mengerem, untuk tidak melulu curhat skindeep, aku ada dimana, pengen mengumpat siapa, pengen curcol apa, dan lain lain. Belum begitu berhasil sih, since everything's just bursted out and felt good :D That's why it called guilty pleasure, I assumed.
Nah, twitter ini, meski ngga semuanya, banyak juga yang melakukan hal semacam itu. Ngobrol, ngrumpi, curhat, berbagi kegalauan kalo kata abege gaul bilang. Aku ngga bilang itu salah ya, cuma akunya aja yang jadi discouraged. Memang sih slogannya Twitter itu : “Twitter is a service for friends, family, and co–workers to communicate and stay connected through the exchange of quick, frequent answers to one simple question: What are you doing?“... Tapi tetep aja, kalo di facebook atau di blog aja aku belum bisa memberikan sesuatu yang jadi added value buat orang lain, my twitter account won't make any different IMHO. If you wanna know what am I doing : buzz me, ping me, text me, email me, call me.
*intermezzo. Pas nulis ini aku sambil chat sama temen. Out of the blue lagi-lagi disuruh bikin twitter. Kali ini alesannya : buat nyampah, biar dia terhibur sama banyolan-banyolan akowh getoh :D
Biar ngga salah tangkep, sekali lagi aku garis bawahi ya : it's just me. Twitter-nya sendiri jelas ada manfaatnya. Everything's accessible. Update peristiwa terkini, tahu info band yang bakal dibawa Adrie Subono, tahu argumen Tifatul Sembiring soal isu pemblokiran BBM, dan menggalang solidaritas negeri. Say, #IndonesiaUnite, @jalinmerapi, dan masih banyak lainnya. Twitter juga digunakan perusahaan2 untuk mengetahui apa yang pelanggan pikirkan mengenai produk mereka sehingga bisa jadi masukan. Jadi manfaatnya depends on the user. Seperti nuklir, jadi penghancur Hiroshima-Nagasaki atau jadi tenaga pembangkit listrik, tergantung pemakaiannya. Tsahhh analoginya agak lebay :D
Jadi sekarang, ya, aku belum kepikiran bikin twitter. Maybe someday. I will let you know if I make one. Aku bahkan sudah kepikiran id twitter-nya lho. Engga kok, engga nama alay, promise :p
0 comments:
Post a Comment