Sunday, August 7, 2011

Harry. Voldemort. END*.


Heboh. Ketika akhirnya Harry Potter and The Deathly Hallows part. 2 akhirnya masuk ke Indonesia. Antrian puanjang. Anak-anak kantor nonton bareng (sponsored by kantor pun) di hari pertama rilisnya. Akunya sih ngga ikut nonton, pas kebetulan ada liputan di jam yang sama, dan... Ugh, I don't feel like it watching movie at the 2nd row from the screen. Aku kan rewel. Mending nunggu euforianya lewat dulu, lalu bisa nonton nyaman. Sendirian kalo perlu, biar gampang nyempil dapet seat. Dan itulah yang aku lakuin kemarin, nonton HP 7 Pt.2 sendirian. Kebetulan massa udah teralihkan ke Transformers 3, jadi lebih gampang dapet seatnya.

So, uhm, mulai dari mana ya? Is it good? Is it bad? I'm not sure. It's kinda in-between for me. I dunno apa yang salah. Bukan cuma filmnya sih menurutku. Dari segi bukunya juga. Banyak hal yang aku pertanyakan, salah satunya yang cukup fundamental : hubungan Harry dan Voldemort. If that noseless villain is THAT evil and powerful, he really doesn't seem like one. Chasing Harry for 7 fuckin years? Assaulting Hogwarts then retreat? Oh dear, Prince of Darkness not supposed to do that. Why don't he just killed them all, if he is THAT evil and powerful? Nah, kausalitas ala PG-nya ini lho yang bikin ngga sreg. Ya gimana lagi, emang PG sih. 

So, IMHO, 7 buku 8 film terlalu banyak. Seperti yang men-saga-kan sesuatu yang seharusnya ngga se-saga itu. Uhm, I dunno (too many I dunnos here). Jadinya uhm, agak ga rela kalo ada yang menyejajarkannya dengan LOTR atau Star Wars. 

Tapi sebagai closing, HP 7 Pt. 2 ini cukup intens. This movie's good. The visual effect, the chemistry of the casts, the whole magical world. Sementara dari departemen plot, favoritku adalah the origin of Severus Snape. Entah ya dari awal banget, aku ngerasa nih orang bakal jadi sesuatu. Ya, klise sih, orang yang keliatan jahat ternyata yang paling care and whatnot. Cuma ugh, Alan Rickman nailed it.

Harus aku akui, yang paling kunikmati dari HP adalah feel magical dari keseluruhan settingnya. Those castles, those scenery, those beasts, those spells. Jauh lebih baik dan menarik dari, Narnia misalnya (yang aku give-up nonton 1 filmnya aja, lainnya engga nafsu.) Paling tidak HP masih menarikku sampai sejauh ini, dari awal sampai akhir. Oh dan, Rupert Grint! Semakin lama semakin hot aja tuh bocah. Not too handsomey handsome, but he's just.. fly. Move away Daniel Radcliffe, saya mah drool over mas Rupert ajah :p   

aaah. the fire rite i like to watch.
Apapun itu, Harry Potter franchise is a depiction of a generation. Dan ketika berakhir, ada rasa sedih juga. See, I always want to enroll Hogwarts :D So, bye Harry, Hermione and Ron. It was a wonderful years.   

*) taken from phrase "lo-gue-end" yang hits itu.

0 comments:

Post a Comment