.
"I like the sound of the trees," said Jonas.
I savor the music video. Feels quite eerie, yes frengers?
>
skip to main |
skip to sidebar
Wednesday, February 24, 2010
Tuesday, February 23, 2010
behind the Tascam
.
one simple thing that can brighten the day.
most broadcasters have said this, and I totally agreed.
when your song-mixing was good,
then so does your mood.
oh yea. feels soooo good.
.
one simple thing that can brighten the day.
most broadcasters have said this, and I totally agreed.
when your song-mixing was good,
then so does your mood.
oh yea. feels soooo good.
.
Monday, February 22, 2010
5 am in the morning.. errr, over several minutes..
.
I usually leave for the morning show when the sky was pitch black. Or I might be too late when the sun was already shining bright. So this stopped me. Pardon for the poor picture. Well that was more or less.
....
....
....
Oops. can't be here forever. So late, I remain.
Pagi ini aku telat dateng siaran subuh lagi. Ngga begitu parah sih telatnya, tapi tetep aja namanya telat. Hieee semoga pihak-pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi-sanksi pada saya tidak buka-buka blog ini...
Speed up to studio, but then something distracted me. Yes. I don't have sense of crisis. I know I'm late, but still I pulled my bike to the sidewalk and stopped.
Speed up to studio, but then something distracted me. Yes. I don't have sense of crisis. I know I'm late, but still I pulled my bike to the sidewalk and stopped.
I usually leave for the morning show when the sky was pitch black. Or I might be too late when the sun was already shining bright. So this stopped me. Pardon for the poor picture. Well that was more or less.
....
....
....
Oops. can't be here forever. So late, I remain.
stereo symbiosis
.
I'm still listening.
every word spoken, I was still listening.
then, when I was given the opportunity to be heard?
does this mean ..
in the end, people eventually just need someone to blame?
.
I'm still listening.
every word spoken, I was still listening.
then, when I was given the opportunity to be heard?
does this mean ..
in the end, people eventually just need someone to blame?
.
Saturday, February 20, 2010
Support our local comic movement :)
.
Beberapa hari yang lalu, aku dapet undangan dateng ke launching komiknya Papillon. Papillon itu studio komik di Semarang, dimana aku pernah gabung disana. Search aja deh facebooknya : Papillon Comics. Dulu sih Papillon cuma ngomik aja. Kalo sekarang ngomik masih tetep, submissionnya tambah kenceng, merchandising sama bikin artwork pesenan juga bisa. Oh ya, cari kumpulan komiknya yang kemaren barusan di-launching ya :D Namanya KOMET : Komik Extra-Terrestrial Volume 1. Ada di distro-distro gede di Semarang kok.
Anyway, kalo tadi aku bilang "dulu pernah gabung" kesannya tuh udah mantan gitu ya. Padahal engga juga, soalnya sampe sekarang mereka masih menganggapku bagian dari mereka, biarpun udah jadi komikus murtad :p Aku mulai gabung sama mereka pas jaman aku SMA (dan nama mereka masih Caterpillar. Ring a bell? Caterpillar. Papillon. Caterpillar. Papillon) itu taun 2000 sampe.. mmm.. 2004? Habis itu, udah deh, ngga gambar-gambar bareng mereka lagi. Gambar mungkin masih, tapi just a doodles, ga intens sama sekali.
When I met them, they just stay the same. Ketemuan lagi setelah sekian lama sama Alfa dan mas Fajar, guys who taught me how to hold my pencil upright at my teen-age. Ada beberapa personil baru yang lucu-lucu dan jago-jago. Dari yang dulu studionya jaman Caterpillar cuma 1 ruangan di sebuah percetakan, berubah jadi Papillon pindah ke garasi rumahnya Alfa sang founding father, sampe sekarang jadi 1 rumah yang berdiri sendiri.
Studio itu. Dengan kertas, drawing pen, pensil, penghapus, penggaris, lampu, komik-komik referensi, action figure, komputer dengan window Photoshop membuka berlayer-layer warna dan filter. The ambient was soooooo... I don't know. Mengingatkanku pada masa muda.. Hehehe. Ngga tau ya. I just looove being there. Pada dasarnya aku sangat suka komik.. Along with music and movies and writing, just everything i did right now. Cuma si komik ini yang udah lama ngga kepegang lagi. Kangen gitu ceritanya. Rasanya kalo aku bakal ngomik lagi sih engga ya.. Skillnya sudah karatan :p Biarkan Alfa dan Eiichiro Oda dan Frank Miller dan teman-teman pegiat komik lokal yang mencipta. Aku duduk manis baca-baca saja. :)
Lah. Jadi pengin baca Understanding Comics-nya Scott McClouds lagi. Ada di bagian mananya kamar ya buku itu? Cari ah..
.
.
Anyway, kalo tadi aku bilang "dulu pernah gabung" kesannya tuh udah mantan gitu ya. Padahal engga juga, soalnya sampe sekarang mereka masih menganggapku bagian dari mereka, biarpun udah jadi komikus murtad :p Aku mulai gabung sama mereka pas jaman aku SMA (dan nama mereka masih Caterpillar. Ring a bell? Caterpillar. Papillon. Caterpillar. Papillon) itu taun 2000 sampe.. mmm.. 2004? Habis itu, udah deh, ngga gambar-gambar bareng mereka lagi. Gambar mungkin masih, tapi just a doodles, ga intens sama sekali.
When I met them, they just stay the same. Ketemuan lagi setelah sekian lama sama Alfa dan mas Fajar, guys who taught me how to hold my pencil upright at my teen-age. Ada beberapa personil baru yang lucu-lucu dan jago-jago. Dari yang dulu studionya jaman Caterpillar cuma 1 ruangan di sebuah percetakan, berubah jadi Papillon pindah ke garasi rumahnya Alfa sang founding father, sampe sekarang jadi 1 rumah yang berdiri sendiri.
Studio itu. Dengan kertas, drawing pen, pensil, penghapus, penggaris, lampu, komik-komik referensi, action figure, komputer dengan window Photoshop membuka berlayer-layer warna dan filter. The ambient was soooooo... I don't know. Mengingatkanku pada masa muda.. Hehehe. Ngga tau ya. I just looove being there. Pada dasarnya aku sangat suka komik.. Along with music and movies and writing, just everything i did right now. Cuma si komik ini yang udah lama ngga kepegang lagi. Kangen gitu ceritanya. Rasanya kalo aku bakal ngomik lagi sih engga ya.. Skillnya sudah karatan :p Biarkan Alfa dan Eiichiro Oda dan Frank Miller dan teman-teman pegiat komik lokal yang mencipta. Aku duduk manis baca-baca saja. :)
Lah. Jadi pengin baca Understanding Comics-nya Scott McClouds lagi. Ada di bagian mananya kamar ya buku itu? Cari ah..
.
.
Thursday, February 18, 2010
uring-uringan rasanya...
.
.. kalo lagi jadwal maintenance AC di studio.
Alatnya bersuara "RrrrRRrRrrrRRrrrRRRrrr" yang konstan tapi annoying. Toolsnya banyak : ada selang, ember, tangga, kompresor.. ribet deh. Membatasi ruang gerak. Airnya dikit-dikit suka nyiprat kemana-mana padahal udah di-muffle. Bapak-bapak petugasnya juga suka stay di kokpit lumayan lama, jadi kita ngga bisa leluasa siaran. Huah. They're only doing their job! Ini sih akunya aja.. Kalo kepala lagi pusing begini uring-uringannya emang jadi dua kali lipat.
Duh. Kok ngga selesai-selesai sih itu... *mijet-mijet kepala*
.. kalo lagi jadwal maintenance AC di studio.
Alatnya bersuara "RrrrRRrRrrrRRrrrRRRrrr" yang konstan tapi annoying. Toolsnya banyak : ada selang, ember, tangga, kompresor.. ribet deh. Membatasi ruang gerak. Airnya dikit-dikit suka nyiprat kemana-mana padahal udah di-muffle. Bapak-bapak petugasnya juga suka stay di kokpit lumayan lama, jadi kita ngga bisa leluasa siaran. Huah. They're only doing their job! Ini sih akunya aja.. Kalo kepala lagi pusing begini uring-uringannya emang jadi dua kali lipat.
Duh. Kok ngga selesai-selesai sih itu... *mijet-mijet kepala*
Tuesday, February 16, 2010
numpang ngiklan : Mau jadi penyiar?
.
.
Eh eh eh..
Mau jadi penyiar radio Gajahmada 102.4 FM Semarang ngga?
Serius. Kita mo nyari penyiar baru nih. Radio kita segmentasinya keluarga dan quite established in town, ehehe. Coba aja baca postinganku yang dulu-dulu, and see what we've got here :D
Oh ya, penyiar yang kita cari agak spesifik nih.. Tepatnya PRIA buat siaran acara TEENS, dan WANITA buat siaran acara ADULT. There you go.
Nih requirement umumnya :
.
Eh eh eh..
Mau jadi penyiar radio Gajahmada 102.4 FM Semarang ngga?
Serius. Kita mo nyari penyiar baru nih. Radio kita segmentasinya keluarga dan quite established in town, ehehe. Coba aja baca postinganku yang dulu-dulu, and see what we've got here :D
Oh ya, penyiar yang kita cari agak spesifik nih.. Tepatnya PRIA buat siaran acara TEENS, dan WANITA buat siaran acara ADULT. There you go.
Nih requirement umumnya :
- usia 18-25 tahun
- sudah lulus SMU
- belum menikah
- punya minat di dunia broadcasting dan into the music dong ah
- berwawasan luas, atau at least punya eager buat belajar :)
Kalo berminat, langsung kirimin aplikasinya via pos (yes, pake pos aja, biar vintage hehehe). Isinya standarlah : CV dan entourage-nya, sama foto diri 2 biji (close-up sama full body) ukuran postcard.
Ngga usah pake sampel suara, soalnya ntar bakal ada take-vocal langsung disini. Jadi pastiin kamu available buat tetek-bengek rekruitmen lanjutannya ya. Nah, aplikasinya dikirim ke :
RADIO GAJAHMADA FM, Jl. MT. Haryono 161 Semarang.
Buruan yak, sebelum 15 Maret 2010. Kalo mau nanya-nanya, boleh pm lewat aku atau telpon aja ke 024-355 0088.
Can't wait to see ya my future-fellow-announcer! :D
ps :
kalo ngeliat di poto atau baca postingan saya siaran/dateng ke studio pake seragam, jangan khawatir... penyiar sini ngga dipakein seragam kok. kebetulan sayanya aja yang nyambi-nyambi :p
.
Ngga usah pake sampel suara, soalnya ntar bakal ada take-vocal langsung disini. Jadi pastiin kamu available buat tetek-bengek rekruitmen lanjutannya ya. Nah, aplikasinya dikirim ke :
RADIO GAJAHMADA FM, Jl. MT. Haryono 161 Semarang.
Buruan yak, sebelum 15 Maret 2010. Kalo mau nanya-nanya, boleh pm lewat aku atau telpon aja ke 024-355 0088.
Can't wait to see ya my future-fellow-announcer! :D
ps :
kalo ngeliat di poto atau baca postingan saya siaran/dateng ke studio pake seragam, jangan khawatir... penyiar sini ngga dipakein seragam kok. kebetulan sayanya aja yang nyambi-nyambi :p
.
Sunday, February 14, 2010
Kids nowadays...
.
Ehehe. Sok tua ya kalau aku ngomong kaya gitu. Or I really am? :) Yah pokoknya gitu deh. Soalnya suka heran ngeliat tingkah anak-anak di kosku ini. Mereka sering melakukan sesuatu yang suka ngga make sense di aku. Kemungkinannya cuma 2 : mereka yang alay, atau aku yang terlalu uzur. Hmm. Million dollar question, indeed :p
Nah kali ini ada satu kasus lagi. Suspectnya, sebut saja si Upin dan si Ipin :p Kamarnya disebelah kamarku, dan yea, they're not even 20 y.o. yet. Baru semester satu. Malem ini mereka melakukan sesuatu yang terasa itchy itchy gimanaaaa gitu. Tingled my stomach. Rasanya persis sama ketika nonton sinetron yang absurd itu. Hehehe.
Semua itu bermula ketika tadi pagi aku menemukan tulisan ini di kalender deket tempat nonton tipi. Waktu itu aku udah buru-buru berangkat ngantor, jadi ngga terlalu notice.
Nah, malem harinya, tepatnya tadi, pas aku pulang, mau buka pintu kamar, tiba-tiba si Upin, ujug-ujug keluar dari kamarnya, dengan senyum yang lebar, tanktop, celana pendek, dan rambut keritingnya yang awut-awutan :
Tiba-tiba si Upin keluar kamar lagi, still with big grin and messy hair.
Tiba-tiba si Ipin yang dari tadi diem-diem aja ikutan nyeletuk :
Sementara itu aku mulai pusing karena mendengar kata 'valentine' dan 'malam valentine' terlalu banyak. Ada apa yeuh sama mereka yang begitu mengkultuskan Valentine? Atau aku yang terlalu careless? Ah engga deh kaya'nya, mereka yang overdosis kurasa.
Tapi mereka sampe sengaja ngasih aku coklat lho. Berarti mereka emang menganggap hari itu sebegitu pentingnya. Akhirnya, setelah mikir-mikir (dan sadar kalo rokok habis), aku pergi ke Indomaret. Beli rokok sekalian ngebeliin mereka Conello yang ad-message-nya soal cinta-cintaan itu. Begitu aku kasih tuh es krim, they're going frenzy! Aku sampe kaget.
ps :
Pas jam 12 aku posting ini, kedengeran dari kamar sebelah :
Yak. Saya officially migren
.
Ehehe. Sok tua ya kalau aku ngomong kaya gitu. Or I really am? :) Yah pokoknya gitu deh. Soalnya suka heran ngeliat tingkah anak-anak di kosku ini. Mereka sering melakukan sesuatu yang suka ngga make sense di aku. Kemungkinannya cuma 2 : mereka yang alay, atau aku yang terlalu uzur. Hmm. Million dollar question, indeed :p
Nah kali ini ada satu kasus lagi. Suspectnya, sebut saja si Upin dan si Ipin :p Kamarnya disebelah kamarku, dan yea, they're not even 20 y.o. yet. Baru semester satu. Malem ini mereka melakukan sesuatu yang terasa itchy itchy gimanaaaa gitu. Tingled my stomach. Rasanya persis sama ketika nonton sinetron yang absurd itu. Hehehe.
Semua itu bermula ketika tadi pagi aku menemukan tulisan ini di kalender deket tempat nonton tipi. Waktu itu aku udah buru-buru berangkat ngantor, jadi ngga terlalu notice.
Nah, malem harinya, tepatnya tadi, pas aku pulang, mau buka pintu kamar, tiba-tiba si Upin, ujug-ujug keluar dari kamarnya, dengan senyum yang lebar, tanktop, celana pendek, dan rambut keritingnya yang awut-awutan :
"Hai mbak Dilaaaa!! Selamat malam valentine! Mari kita lupakan, mbak! Aku valentine malah putus lho sama pacarkuuu"Oh dear. Kaya' orang setres deh dia, sumpah. Rambut awut-awutan, ngikik-ngikik ga jelas. Geli tapi prihatin. Belom lagi kalo inget tulisan di kalender itu. Oh. Perutku rasanya mulai kaya' dikitik-kitik.
"Ha? Mari kita lupakan? Oh, berarti yang nulis di kalender belakang itu kamu toh?"
"Iya mbak!"
*sambil masih cengar cengir*
"Oooh kamu.." *nahan senyum* "Err.. Kok tiba-tiba putus?"
"Ngga tau tuh mbak, tanya aja orangnya! Ah biarin aja mbak! Dunia belom berakhir, biarpun aku udah 4 bulan jalan sama dia. Biarpun besok valentine, tapi biarin ajaaa.. hahahahhaha"
*ketawa ngikik sambil masuk kamar*
Tiba-tiba si Upin keluar kamar lagi, still with big grin and messy hair.
"Mbak, aku punya coklat buat mbak Dila!"Duarrr. Seakan 'valentine' belom cukup mehek ngga jelas, ini ada lagi 'malam valentine'??!! What the heck? Udah pengen ketawa rasanya. Tapi demi menghargai kondisi si Upin yang sepertinya sedang agak terguncang tapi dianya ngga nyadar, aku menahan mulutku untuk tidak berkata yang sekiranya agak nyinyir.
"Euh.. Tapi kan, errr.. valentine-nya besok?"
"Lho, tapi ini kan malam valentine mbak!"
Tiba-tiba si Ipin yang dari tadi diem-diem aja ikutan nyeletuk :
"Mbak, aku juga punya coklat lho buat mbak Dila, tapi ntar tak kasihnya pas jam 12 aja!"Lalu mereka berdua mulai cekikikan, asyik membahas soal kisah cinta si Upin, dan berandai-andai soal future boyfriends mereka.
"Hah? Kenapa mesti jam 12?"
"Lho kan pas malam Valentine-nya mbak!"
Sementara itu aku mulai pusing karena mendengar kata 'valentine' dan 'malam valentine' terlalu banyak. Ada apa yeuh sama mereka yang begitu mengkultuskan Valentine? Atau aku yang terlalu careless? Ah engga deh kaya'nya, mereka yang overdosis kurasa.
Tapi mereka sampe sengaja ngasih aku coklat lho. Berarti mereka emang menganggap hari itu sebegitu pentingnya. Akhirnya, setelah mikir-mikir (dan sadar kalo rokok habis), aku pergi ke Indomaret. Beli rokok sekalian ngebeliin mereka Conello yang ad-message-nya soal cinta-cintaan itu. Begitu aku kasih tuh es krim, they're going frenzy! Aku sampe kaget.
"Awwww! Makasi mbak Dilaaaa!!! Tuh kan, ngga ada pacar juga gapapa!"Lalu mereka berdua mulai cekikikan ngga jelas, dan chattering around sambil makan es krim. Aku cuma bisa nahan senyum, pamit masuk kamar, masang headphone, ngelus dada sambil mbatin : Kids nowadays...
"Yo pastinya! Tunjukanlaaaah rasa cintamuuu.."
*nyanyiin jingle ad-nya*
"Lupakan valentine! Lupakan Somad!"
*nama mantannya*
ps :
Pas jam 12 aku posting ini, kedengeran dari kamar sebelah :
"Ah, jam 12, selamat hari Valentineee.. Huhuhu, kok ngga ada yang sms ngucapin met valentine sih?"
"Nih tak kirimin! Aku juga ga dapat sms nih.. Kamu sms aku dong.."
"Pulsaku habis.."
"Yahhh.."
Yak. Saya officially migren
.
Saturday, February 13, 2010
Random Shot : Public Display Affection
.
When : di suatu malam, on the mission mencari amunisi
untuk sesi rumpi bersama Zacky dan Oliph
Where : minimarket 24 jam seberang kopisop
di daerah kampus Pleburan
What : display segala macam groceries berwarna pink.
Maklum, mau Valentine, displaynya juga mesti update dong ah.
Termasuk.. 2 pak celana dalem isi 3 yang bertengger manis
di atas berbatang-batang coklat..
Personal note : Bored to say it with flower or chocolate? Try undies.
Errr. Tapi maknanya jadi bergeser ya? Dari love ke lust :D
.
untuk sesi rumpi bersama Zacky dan Oliph
Where : minimarket 24 jam seberang kopisop
di daerah kampus Pleburan
What : display segala macam groceries berwarna pink.
Maklum, mau Valentine, displaynya juga mesti update dong ah.
Termasuk.. 2 pak celana dalem isi 3 yang bertengger manis
di atas berbatang-batang coklat..
Personal note : Bored to say it with flower or chocolate? Try undies.
Errr. Tapi maknanya jadi bergeser ya? Dari love ke lust :D
.
Friday, February 12, 2010
And I Can't Do Any of That Here, Can I?
.
Need some fresh air.
Because i didn't aiming for anything.
Need some fresh air.
Because i didn't aiming for anything.
Bodies disengaged
Our mouths are fleshing over
Is this an echo game?
Iris's retreating
To ovals of white.
The urge to feel your face
and blood rushing to paint
my hand print
And frisby one by one
Your vinyl on laminate
Desperate for some kind of contact
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
Got to catch, catch, catch, catch, catch
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
First Train Home
Da dum da deo, deo, da deo
Da dum da deo, deo, da deo
Temporal dead zone
Where clocks a belly breathing
Yet no one cares to notice
for all the yelling, all night clamor
to hold it together
Want to Play-Doh wave forms in the hideaway
Want to get on with getting on with things
Want to run in fields, paint the kitchen and love someone
No I can't do any of that here, can I?
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
First train home, I've got to get on it
First Train Home
So what
You've had one to many.
So what
I'm not that much fun to be with
So what
You can't see
So what
I didn't want to come here anyway
What matters to you
doesn't matter
Matter
To me.
What matters to me
doesn't matter
Matter
To you.
What matters to you
doesn't matter
Matter
To them.
What matters to them
Doesn't Change Anything
Got to get on it
First Train Home
Got to get on it
First Train Home
first train home I've got to get on it
first train home I got to get on it
First Train Home
Got to got to got to got to
Get get get get
Out out out out
Now now now now
Thursday, February 11, 2010
Every Job Has It Risks
.
Termasuk penyiar.
Yang kerjaannya remeh temeh katanya.
Cuma ngomong ga jelas, trus muter lagu.
Tapi kalo pas begini ini.. Feels so fucked up.
Harus siaran, apalagi ngemsi yang bisa keliatan ekspresinya,
ngadepin banyak orang,
konsentrasi ngejaga mood,
mesti ketawa-ketiwi,
kalo perlu ngebikin orang ketawa-ketiwi juga.
While...
Kalo udah begini..
Sebenernya aku pengen pulang.
Pengen pulang.
Pulang.
.
Termasuk penyiar.
Yang kerjaannya remeh temeh katanya.
Cuma ngomong ga jelas, trus muter lagu.
Tapi kalo pas begini ini.. Feels so fucked up.
Harus siaran, apalagi ngemsi yang bisa keliatan ekspresinya,
ngadepin banyak orang,
konsentrasi ngejaga mood,
mesti ketawa-ketiwi,
kalo perlu ngebikin orang ketawa-ketiwi juga.
While...
Kalo udah begini..
Sebenernya aku pengen pulang.
Pengen pulang.
Pulang.
.
Tuesday, February 9, 2010
The Radio Sebelah Chronicle
.
Ini sebenernya lucu apa nyakitin ya :p
Jadi tadi itu pulang ngantor aku ke sebuah distro disekitar kampus... Ceritanya killing time sampe waktunya appointment sama temen, sekalian iseng nyari siapa tau ada wardrobe apaaa gitu buat ngemsi. Kluyar kluyur nyari, barangnya ngga ada yang cocok (baca : ngga ada yang muat) :p Trus aku menuju ke meja kasir ngambil tas yang aku titipin.
Tiba-tiba mbak kasirnya nanya "Emmm, mbaknya tuh yang namanya siapa sih?" Lah, kan aku heran ya? Kok ditanya nama? Apakah aku mirip seleb siapa? Then the bell suddenly rings! Ah iya, kan aku masih pake polo shirt seragam lengkap dengan bordiran frekuensi radio kantorku! Dan aku juga langsung sadar... Ini distro, jadi mungkin frekuensi radioku yang 102.4 fm ini dikira frekuensi radio anak muda yang 102 fm itu. Means, aku dikirain salah satu penyiarnyaaa (yang agak diragukan, mungkin, secara kok tampangnya lusuh?) :p
Sambil senyum kecut (dan sambil menjereng bagian bordir frekuensinya) aku bilang "Euh, mbak.. Coba dicek, ini ada 'koma empat' nya lhoo.. Saya dari radio yang lainnya!" Bukannya jadi ngga enak, si mbak malah ketawa dan berkata, "Ooooh dari radio sebelahhhh..."
Hiaaaaa, alrite then. Here I am, sang penyiar dari 'Radio Sebelah' :D
.
Ini sebenernya lucu apa nyakitin ya :p
Jadi tadi itu pulang ngantor aku ke sebuah distro disekitar kampus... Ceritanya killing time sampe waktunya appointment sama temen, sekalian iseng nyari siapa tau ada wardrobe apaaa gitu buat ngemsi. Kluyar kluyur nyari, barangnya ngga ada yang cocok (baca : ngga ada yang muat) :p Trus aku menuju ke meja kasir ngambil tas yang aku titipin.
Tiba-tiba mbak kasirnya nanya "Emmm, mbaknya tuh yang namanya siapa sih?" Lah, kan aku heran ya? Kok ditanya nama? Apakah aku mirip seleb siapa? Then the bell suddenly rings! Ah iya, kan aku masih pake polo shirt seragam lengkap dengan bordiran frekuensi radio kantorku! Dan aku juga langsung sadar... Ini distro, jadi mungkin frekuensi radioku yang 102.4 fm ini dikira frekuensi radio anak muda yang 102 fm itu. Means, aku dikirain salah satu penyiarnyaaa (yang agak diragukan, mungkin, secara kok tampangnya lusuh?) :p
Sambil senyum kecut (dan sambil menjereng bagian bordir frekuensinya) aku bilang "Euh, mbak.. Coba dicek, ini ada 'koma empat' nya lhoo.. Saya dari radio yang lainnya!" Bukannya jadi ngga enak, si mbak malah ketawa dan berkata, "Ooooh dari radio sebelahhhh..."
Hiaaaaa, alrite then. Here I am, sang penyiar dari 'Radio Sebelah' :D
.
Saturday, February 6, 2010
Random Shot : yes? tee's speaking!
.
When : masih dari ofis trip beberapa waktu yang lalu.
Where : toko movie memorabilia, esplanade, SG
What : sebuah kaos yang sangat ingin aku beli,
more than any merlion-printed tees. sayang, mahal :p
Personal note : kalo creditnya begitu,
filmnya pasti fucked up sekali ya. hihihi
What : sebuah kaos yang sangat ingin aku beli,
more than any merlion-printed tees. sayang, mahal :p
Personal note : kalo creditnya begitu,
filmnya pasti fucked up sekali ya. hihihi
When : masih dari ofis trip beberapa waktu yang lalu.
Where : Chinatown, SG
What : kaos playing God. Eh salah, playing Devil ding..
Personal note : jadi keingetan film The Devil's Advocate.
Ah jadi pengen nonton film...
When : masih sama yang diatas.
What : kaos playing God. Eh salah, playing Devil ding..
Personal note : jadi keingetan film The Devil's Advocate.
Ah jadi pengen nonton film...
When : masih sama yang diatas.
Where : means, masih dari Chinatown, SG
What : kaos yang bikin mikir "who doesn't?" :D
Personal note : we're all multitalented, then!
.
What : kaos yang bikin mikir "who doesn't?" :D
Personal note : we're all multitalented, then!
.
Another so called contemplation
.
Saya duduk bersila di atas meja ruang miting, dengan segelas besar air putih. Teman saya, duduk di kursi, di hadapan saya, sesekali mengutak-atik laptopnya. Load pekerjaan kami sedang tidak banyak, karena ini hari Sabtu. Entah bagaimana mulainya, tiba-tiba kita ngobrol banyak hal ngalor ngidul. Awalnya cuma masalah laptop saya yang masih mangkrak di tempat reparasi, file-file (dengan tanda kutip) yang berusaha saya selamatkan, dan sisi historikal dari laptop itu sendiri.
Bagi saya, file yang sedang berusaha saya selamatkan dari laptop itu bukan hal kecil. Meskipun banyak sekali teman yang bilang : "Oh come on, just let it go! It's just a piece of cake! And it's been so long time ago. Why'd you keep bothering yourself?" Hati saya mencelos ketika semua bilang begitu. Apakah yang saya rasakan tidak wajar? Apakah kalau saya bersikeras menyelamatkan file-file lama itu tidak wajar?
Lalu pembicaraan merembet ke resistensi seorang manusia untuk menghadapi masa lalunya : apakah dia akan lari atau mengangkat dagu menghadapinya. Dalam kasus saya, menerima kenyataan kalau file itu akhirnya harus hilang, adalah salah satu bentuk 'menghadapi'. Sementara dengan berusaha menyelamatkannya meskipun nyaris mustahil, justru saya malah 'lari' dari kenyataan bahwa yang saya selamatkan itu hanyalah sekedar 'file'. Tidak lebih dari itu.
*Here we go. Being cryptic again, I really am*
Sebenarnya tidak ada konklusi yang didapat dari pembicaraan kami berdua. Termasuk ketika akhirnya kami mulai berbicara soal saya, yang menurut si teman, always push myself too hard. Contoh kecilnya, kemarin ketika in house training, pada sesi evaluasi mandiri bersiaran, saya bilang, pengetahuan saya dalam banyak hal masih kurang. Dan sang mentor memekik : "What?! Are you sure? Still feeling lack of knowledge? I know that you know lotsa thing anybody else don't know!" Mendengarnya saya berjengit. I am not. Saya tahu diri saya sendiri. Saya hanya tertarik pada hal-hal yang saya suka dan akan rela me-research-nya sehingga, yaaa keliatan berpengetahuan luas. Tapi hanya dalam hal itu. Lainnya tidak. Lalu kata si mentor : "Darl, you don't have to know everything. What you've got is enough!"
Atau ketika saya mencari pekerjaan. Betapa saya selalu menyalahkan diri saya sendiri karena saya tidak kunjung dapat pekerjaan baru. Saya tidak cukup berusaha, kemampuan saya kurang, pengalaman saya cekak, etos kerja saya kurang tinggi. Padahal menurut si teman, perjalanan yang saya lakukan sudah cukup membuatnya geleng kepala. Dan menurutnya mungkin saya tidak bisa melihat dengan seksama apa yang sudah saya miliki dan mengambil peluang dari itu, instead of maksain nyari kerjaan baru. Katanya : "Apa iya kerjaan lain yang kamu kejar-kejar itu itu nantinya bakal kamu jalanin pake hati?"
Baik soal siaran atau soal nyari kerjaan, despite apapun yang dikatakan si mentor atau si teman, saya punya alasan dalam melakukannya. Tapi memang saya jadi mikir : mungkin saya terlalu banyak melihat keatas hingga saya kelelahan sendiri. Saya tidak berdamai dengan kenyataan. Pun ketika saya sudah melakukan banyak kontemplasi di malam-malam insomnia itu. Nyatanya saya terlalu keras kepala untuk melaksanakan apa yang sudah saya sepakati sendiri di dalam hati, for my own sake. My bad.
*tiba-tiba ujan turun deresnya alaihim*
So it is. Demikian percakapan saya dan Mas Nunow, teman saya itu. Sekali lagi tidak ada konklusinya. Hanya jadi mikir lagi, ternyata memang buat saya, segala yang saya rasakan; soal laptop, soal insomnia, soal mencari pekerjaan baru; bukan semata-mata soal sandaran hati tapi juga relegasi diri. Mungkin agak menggelikan dan kurang masuk akal. Tidak apa-apa, karena pada akhirnya yang bisa menolong saya, ya diri saya sendiri.
And definitely the Boss of the Universe almighty.
.
Saya duduk bersila di atas meja ruang miting, dengan segelas besar air putih. Teman saya, duduk di kursi, di hadapan saya, sesekali mengutak-atik laptopnya. Load pekerjaan kami sedang tidak banyak, karena ini hari Sabtu. Entah bagaimana mulainya, tiba-tiba kita ngobrol banyak hal ngalor ngidul. Awalnya cuma masalah laptop saya yang masih mangkrak di tempat reparasi, file-file (dengan tanda kutip) yang berusaha saya selamatkan, dan sisi historikal dari laptop itu sendiri.
Bagi saya, file yang sedang berusaha saya selamatkan dari laptop itu bukan hal kecil. Meskipun banyak sekali teman yang bilang : "Oh come on, just let it go! It's just a piece of cake! And it's been so long time ago. Why'd you keep bothering yourself?" Hati saya mencelos ketika semua bilang begitu. Apakah yang saya rasakan tidak wajar? Apakah kalau saya bersikeras menyelamatkan file-file lama itu tidak wajar?
Lalu pembicaraan merembet ke resistensi seorang manusia untuk menghadapi masa lalunya : apakah dia akan lari atau mengangkat dagu menghadapinya. Dalam kasus saya, menerima kenyataan kalau file itu akhirnya harus hilang, adalah salah satu bentuk 'menghadapi'. Sementara dengan berusaha menyelamatkannya meskipun nyaris mustahil, justru saya malah 'lari' dari kenyataan bahwa yang saya selamatkan itu hanyalah sekedar 'file'. Tidak lebih dari itu.
*Here we go. Being cryptic again, I really am*
Sebenarnya tidak ada konklusi yang didapat dari pembicaraan kami berdua. Termasuk ketika akhirnya kami mulai berbicara soal saya, yang menurut si teman, always push myself too hard. Contoh kecilnya, kemarin ketika in house training, pada sesi evaluasi mandiri bersiaran, saya bilang, pengetahuan saya dalam banyak hal masih kurang. Dan sang mentor memekik : "What?! Are you sure? Still feeling lack of knowledge? I know that you know lotsa thing anybody else don't know!" Mendengarnya saya berjengit. I am not. Saya tahu diri saya sendiri. Saya hanya tertarik pada hal-hal yang saya suka dan akan rela me-research-nya sehingga, yaaa keliatan berpengetahuan luas. Tapi hanya dalam hal itu. Lainnya tidak. Lalu kata si mentor : "Darl, you don't have to know everything. What you've got is enough!"
Atau ketika saya mencari pekerjaan. Betapa saya selalu menyalahkan diri saya sendiri karena saya tidak kunjung dapat pekerjaan baru. Saya tidak cukup berusaha, kemampuan saya kurang, pengalaman saya cekak, etos kerja saya kurang tinggi. Padahal menurut si teman, perjalanan yang saya lakukan sudah cukup membuatnya geleng kepala. Dan menurutnya mungkin saya tidak bisa melihat dengan seksama apa yang sudah saya miliki dan mengambil peluang dari itu, instead of maksain nyari kerjaan baru. Katanya : "Apa iya kerjaan lain yang kamu kejar-kejar itu itu nantinya bakal kamu jalanin pake hati?"
Baik soal siaran atau soal nyari kerjaan, despite apapun yang dikatakan si mentor atau si teman, saya punya alasan dalam melakukannya. Tapi memang saya jadi mikir : mungkin saya terlalu banyak melihat keatas hingga saya kelelahan sendiri. Saya tidak berdamai dengan kenyataan. Pun ketika saya sudah melakukan banyak kontemplasi di malam-malam insomnia itu. Nyatanya saya terlalu keras kepala untuk melaksanakan apa yang sudah saya sepakati sendiri di dalam hati, for my own sake. My bad.
*tiba-tiba ujan turun deresnya alaihim*
So it is. Demikian percakapan saya dan Mas Nunow, teman saya itu. Sekali lagi tidak ada konklusinya. Hanya jadi mikir lagi, ternyata memang buat saya, segala yang saya rasakan; soal laptop, soal insomnia, soal mencari pekerjaan baru; bukan semata-mata soal sandaran hati tapi juga relegasi diri. Mungkin agak menggelikan dan kurang masuk akal. Tidak apa-apa, karena pada akhirnya yang bisa menolong saya, ya diri saya sendiri.
And definitely the Boss of the Universe almighty.
.
Thursday, February 4, 2010
Multitasking skill
Kamis pagi, di ruang meeting, berikut ini yang sedang saya lakukan :
Semuanya dalam waktu yang bersamaan. Multitasking juga bukan sih?
- bikin skrip siaran.
- (ngotot) ngeblog.
- mendengarkan paparan in-house-training.
- ketawa-ketawa mengikuti obrolan.
- browsing dan download ini itu.
- memerangi rasa kantuk dan pusing kepala.
- ngelamun.
Semuanya dalam waktu yang bersamaan. Multitasking juga bukan sih?
Wednesday, February 3, 2010
dear myself...
.
Begadang seperti ini tidak akan membawa hasil apa-apa.
You know that.
Hanya akan membuatmu semakin kalut. Takut. Mengkerut.
Dan demammu itu? Oh dear, you should get some sleep.
What? You can't?
Ya, aku ngerti rasanya. Seperti main ular tangga. Naik 3 tingkat, lalu turun 7 tingkat. Diangkat tinggi, kemudian dibanting. Aku ngerti yang ada di dalam sana hancur luar biasa. Dan somehow dengan tidak tidur seperti sekarang (meskipun bukan sebuah kesengajaan, aku tahu) lalu menulis, bisa membuatmu merasa lebih baik.
Betulkah itu?
Baik-baik sajakah kamu?
Jika harus bangun dengan mata bengkak,
baik-baik sajakah kamu?
Jika keesokan harinya kamu tidak fokus menghadapi apapun,
If you should fall into nothing, again?
Ketika kamu sudah sebegitu devotednya,
dan kepercayaanmu dinafikan begitu saja?
Baik-baik sajakah kamu?
Bisa saja. Kamu bisa baik-baik saja.
Kemungkinan itu ada.
Bisa ya.
Bisa tidak.
Entah sekarang, atau nanti,
Siapa yang peduli?
Toh pada akhirnya,
for you,
it's always been like this.
Always.
Begadang seperti ini tidak akan membawa hasil apa-apa.
You know that.
Hanya akan membuatmu semakin kalut. Takut. Mengkerut.
Dan demammu itu? Oh dear, you should get some sleep.
What? You can't?
Ya, aku ngerti rasanya. Seperti main ular tangga. Naik 3 tingkat, lalu turun 7 tingkat. Diangkat tinggi, kemudian dibanting. Aku ngerti yang ada di dalam sana hancur luar biasa. Dan somehow dengan tidak tidur seperti sekarang (meskipun bukan sebuah kesengajaan, aku tahu) lalu menulis, bisa membuatmu merasa lebih baik.
Betulkah itu?
Baik-baik sajakah kamu?
Jika harus bangun dengan mata bengkak,
baik-baik sajakah kamu?
Jika keesokan harinya kamu tidak fokus menghadapi apapun,
If you should fall into nothing, again?
Ketika kamu sudah sebegitu devotednya,
dan kepercayaanmu dinafikan begitu saja?
Baik-baik sajakah kamu?
Bisa saja. Kamu bisa baik-baik saja.
Kemungkinan itu ada.
Bisa ya.
Bisa tidak.
Entah sekarang, atau nanti,
Siapa yang peduli?
Toh pada akhirnya,
for you,
it's always been like this.
Always.
Tuesday, February 2, 2010
when Business and Pleasure collide
.
Itu tuh, ngomongin trip 3 hari kemaren ke Singapura. Aku baca-baca lagi judulnya terus mbatin sendiri : "Crut ah. Business darimananya?" Hihihi. Emang pure pleasure kok. Unsur businessnya mungkin cuma karena it was full paid by the company. Yea, kebijakan unik dari kantorku buat memberangkatkan karyawannya ke kota atau negara tertentu, pada saat-saat tertentu pula, for the sake of... just off. With terms and conditions applied of course :D Kali ini jatahnya aku, mas Nunow, mba Nindy, mas Iyan, mba Diana yang berangkat, bareng sama mba Merry.
So it is. Pergi ke negara yang begitu sophisticated, dimana semua hal berjalan sebagaimana fungsinya. The fine city, so they said. Semua teratur, terjukstaposisi, terlaksana dengan baik. Ngga ada yang ngadat, ngga ada yang jadi pajangan doang. Yah, maybe i haven't seen it all, tapi sejauh mata memandang begitulah adanya. Hmm.
And everybody's seems so stylish. Bukan stylish sekedar stylish, tapi tampak effortless banget gitu. Berasa ngga sih kalo kita tuh sering ngeliat orang stylish, tapi gesturenya 'teriak' : "hey look at me, I'm super cool! I'm wearing latest fashion item, I'm oh-so-stylish!" Yang kaya begini ini jatohnya malah jadi ngga asik diliat. Yah, aku juga sama sekali ngga stylish. Cuma pandangan saya sebagai orang awam aja :)
Menyenangkan sih main disana. Banyak public area dengan semua fungsinya yang berjalan dengan baik, tempat duduk berkontemplasi, ngobrol, baca buku, ambil foto... Jalan kesana-kemari juga menyenangkan sekali. Passwordnya sama mas Nuno tiap kali ketemu elevator berjajaran sama tangga adalah : Care for stair? Lalu kita kucluk-kucluk sok-sokan atletis naik tangga sampe gempor.
But too bad at each place I just can't embrace the moment. Habis perginya ke tempat turis yang ramenya alaihim sama ke tempat belanja mulu. Padahal I prefer ke museum, gedung pertunjukan, kebun binatang atau pantai... Eh sempet ke Siloso sama Esplanade (waterfront stagenyaaaa...) sih, tapi ya gitu, bentar-bentar doang. Rasanya belum seize the atmosphere enough aja. Ciehhh.
Tapi ya disyukuri ajalah. Namanya juga vacation for free. Kalau mau yang sesuai kepinginan ya gih aja pergi sendiri, heheheh. Maybe someday.
But anyway, kalo beberapa temenku pada belanja di sana, aku malah bingung mau beli apa. Nah pas di Mustafa, pas semua pada mencar beli oleh-oleh ini itu, aku nyangkut di stand headphone. Dari dulu pengen banget beli headphone yang proper, tapi ngga pernah nyampe. Dan aku melihat jajaran headphone yang ngawe-awe itu... Aduh jadi maju mundur. Lamaaaaa banget. Mas Nuno yang nemenin (dan nyetanin buat beli) jadi bosen nungguin, trus aku ditinggal. Dia balik lagi, aku masih belum mutusin. Sampe akhirnya seorang om-om bule yang aku ngga notice keberadaannya suddenly negor :
"I've been around you an hour ago, went downstairs, upstairs, then back here again, and you haven't decided yet?"
Hiah segitunya ya om? Trus aku bilang aku bingung mau beli yang Sennheiser atau Philips. Harganya ga selisih jauh, tapi tetep aja bimbang. Pengennya yang Sennheiser sih. Tapi kok juga sayang sama duitnya. Tapi si bule bilang lagi :
"Hey, Philips made kettle, machine wash, blender, cellphones... But Sennheiser only made headphone! So why'd you hesitate?"
Aiyoooh semakin bimbang saja malah. Sampe akhirnya Mas Nuno mengeluarkan sebuah hook maut :
"Darling, come on. Imogen Heap deserve this!"
Duarrr. Langsung aku samber itu kotak dan aku bawa ke kasir. Huahaha, impulsif bener dah. And there you go. Sebuah headphone yang yahhh tipenya middle lah, but still. It's Sennheiser. Mine! Bukan punya ruang siaran :D
Yah begitulah. Ingar bingar sesaat yang cukup menyenangkan. Sekarang aku udah balik lagi kesini, ke ruangan berlapis karpet ini. Dan ahhhh... jadi ngantuk benerrrr. Pengen pijettt...
Owkay. See you when I see you.
.
Itu tuh, ngomongin trip 3 hari kemaren ke Singapura. Aku baca-baca lagi judulnya terus mbatin sendiri : "Crut ah. Business darimananya?" Hihihi. Emang pure pleasure kok. Unsur businessnya mungkin cuma karena it was full paid by the company. Yea, kebijakan unik dari kantorku buat memberangkatkan karyawannya ke kota atau negara tertentu, pada saat-saat tertentu pula, for the sake of... just off. With terms and conditions applied of course :D Kali ini jatahnya aku, mas Nunow, mba Nindy, mas Iyan, mba Diana yang berangkat, bareng sama mba Merry.
So it is. Pergi ke negara yang begitu sophisticated, dimana semua hal berjalan sebagaimana fungsinya. The fine city, so they said. Semua teratur, terjukstaposisi, terlaksana dengan baik. Ngga ada yang ngadat, ngga ada yang jadi pajangan doang. Yah, maybe i haven't seen it all, tapi sejauh mata memandang begitulah adanya. Hmm.
And everybody's seems so stylish. Bukan stylish sekedar stylish, tapi tampak effortless banget gitu. Berasa ngga sih kalo kita tuh sering ngeliat orang stylish, tapi gesturenya 'teriak' : "hey look at me, I'm super cool! I'm wearing latest fashion item, I'm oh-so-stylish!" Yang kaya begini ini jatohnya malah jadi ngga asik diliat. Yah, aku juga sama sekali ngga stylish. Cuma pandangan saya sebagai orang awam aja :)
Menyenangkan sih main disana. Banyak public area dengan semua fungsinya yang berjalan dengan baik, tempat duduk berkontemplasi, ngobrol, baca buku, ambil foto... Jalan kesana-kemari juga menyenangkan sekali. Passwordnya sama mas Nuno tiap kali ketemu elevator berjajaran sama tangga adalah : Care for stair? Lalu kita kucluk-kucluk sok-sokan atletis naik tangga sampe gempor.
But too bad at each place I just can't embrace the moment. Habis perginya ke tempat turis yang ramenya alaihim sama ke tempat belanja mulu. Padahal I prefer ke museum, gedung pertunjukan, kebun binatang atau pantai... Eh sempet ke Siloso sama Esplanade (waterfront stagenyaaaa...) sih, tapi ya gitu, bentar-bentar doang. Rasanya belum seize the atmosphere enough aja. Ciehhh.
Tapi ya disyukuri ajalah. Namanya juga vacation for free. Kalau mau yang sesuai kepinginan ya gih aja pergi sendiri, heheheh. Maybe someday.
But anyway, kalo beberapa temenku pada belanja di sana, aku malah bingung mau beli apa. Nah pas di Mustafa, pas semua pada mencar beli oleh-oleh ini itu, aku nyangkut di stand headphone. Dari dulu pengen banget beli headphone yang proper, tapi ngga pernah nyampe. Dan aku melihat jajaran headphone yang ngawe-awe itu... Aduh jadi maju mundur. Lamaaaaa banget. Mas Nuno yang nemenin (dan nyetanin buat beli) jadi bosen nungguin, trus aku ditinggal. Dia balik lagi, aku masih belum mutusin. Sampe akhirnya seorang om-om bule yang aku ngga notice keberadaannya suddenly negor :
"I've been around you an hour ago, went downstairs, upstairs, then back here again, and you haven't decided yet?"
Hiah segitunya ya om? Trus aku bilang aku bingung mau beli yang Sennheiser atau Philips. Harganya ga selisih jauh, tapi tetep aja bimbang. Pengennya yang Sennheiser sih. Tapi kok juga sayang sama duitnya. Tapi si bule bilang lagi :
"Hey, Philips made kettle, machine wash, blender, cellphones... But Sennheiser only made headphone! So why'd you hesitate?"
Aiyoooh semakin bimbang saja malah. Sampe akhirnya Mas Nuno mengeluarkan sebuah hook maut :
"Darling, come on. Imogen Heap deserve this!"
Duarrr. Langsung aku samber itu kotak dan aku bawa ke kasir. Huahaha, impulsif bener dah. And there you go. Sebuah headphone yang yahhh tipenya middle lah, but still. It's Sennheiser. Mine! Bukan punya ruang siaran :D
Yah begitulah. Ingar bingar sesaat yang cukup menyenangkan. Sekarang aku udah balik lagi kesini, ke ruangan berlapis karpet ini. Dan ahhhh... jadi ngantuk benerrrr. Pengen pijettt...
Owkay. See you when I see you.
.
HAJIMEMASHITE
- diLa
- mood set by music and movies. thrilled by words and pictures at the same time. simple but complicated. savor both being alone or stuck in a crowd.
O HELLO
BUNCH OF STUFF
-
▼
2010
(189)
-
▼
February
(19)
- repeat the beat
- behind the Tascam
- 5 am in the morning.. errr, over several minutes..
- stereo symbiosis
- Support our local comic movement :)
- one line. two.
- uring-uringan rasanya...
- numpang ngiklan : Mau jadi penyiar?
- exhaustion
- Kids nowadays...
- Random Shot : Public Display Affection
- And I Can't Do Any of That Here, Can I?
- Every Job Has It Risks
- The Radio Sebelah Chronicle
- Random Shot : yes? tee's speaking!
- Another so called contemplation
- Multitasking skill
- dear myself...
- when Business and Pleasure collide
-
▼
February
(19)
CLICKITY CLICK
TAKE A PEEK
Powered by Blogger.