Tuesday, February 2, 2010

when Business and Pleasure collide

.

Itu tuh, ngomongin trip 3 hari kemaren ke Singapura. Aku baca-baca lagi judulnya terus mbatin sendiri : "Crut ah. Business darimananya?" Hihihi. Emang pure pleasure kok. Unsur businessnya mungkin cuma karena it was full paid by the company. Yea, kebijakan unik dari kantorku buat memberangkatkan karyawannya ke kota atau negara tertentu, pada saat-saat tertentu pula, for the sake of... just off. With terms and conditions applied of course :D Kali ini jatahnya aku, mas Nunow, mba Nindy, mas Iyan, mba Diana yang berangkat, bareng sama mba Merry.

So it is. Pergi ke negara yang begitu sophisticated, dimana semua hal berjalan sebagaimana fungsinya. The fine city, so they said. Semua teratur, terjukstaposisi, terlaksana dengan baik. Ngga ada yang ngadat, ngga ada yang jadi pajangan doang. Yah, maybe i haven't seen it all, tapi sejauh mata memandang begitulah adanya. Hmm.

And everybody's seems so stylish. Bukan stylish sekedar stylish, tapi tampak effortless banget gitu. Berasa ngga sih kalo kita tuh sering ngeliat orang stylish, tapi gesturenya 'teriak' : "hey look at me, I'm super cool! I'm wearing latest fashion item, I'm oh-so-stylish!" Yang kaya begini ini jatohnya malah jadi ngga asik diliat. Yah, aku juga sama sekali ngga stylish. Cuma pandangan saya sebagai orang awam aja :)

Menyenangkan sih main disana. Banyak public area dengan semua fungsinya yang berjalan dengan baik, tempat duduk berkontemplasi, ngobrol, baca buku, ambil foto... Jalan kesana-kemari juga menyenangkan sekali. Passwordnya sama mas Nuno tiap kali ketemu elevator berjajaran sama tangga adalah : Care for stair? Lalu kita kucluk-kucluk sok-sokan atletis naik tangga sampe gempor.

But too bad at each place I just can't embrace the moment. Habis perginya ke tempat turis yang ramenya alaihim sama ke tempat belanja mulu. Padahal I prefer ke museum, gedung pertunjukan, kebun binatang atau pantai... Eh sempet ke Siloso sama Esplanade (waterfront stagenyaaaa...) sih, tapi ya gitu, bentar-bentar doang. Rasanya belum seize the atmosphere enough aja. Ciehhh.

Tapi ya disyukuri ajalah. Namanya juga vacation for free. Kalau mau yang sesuai kepinginan ya gih aja pergi sendiri, heheheh. Maybe someday.

But anyway, kalo beberapa temenku pada belanja di sana, aku malah bingung mau beli apa. Nah pas di Mustafa, pas semua pada mencar beli oleh-oleh ini itu, aku nyangkut di stand headphone. Dari dulu pengen banget beli headphone yang proper, tapi ngga pernah nyampe. Dan aku melihat jajaran headphone yang ngawe-awe itu... Aduh jadi maju mundur. Lamaaaaa banget. Mas Nuno yang nemenin (dan nyetanin buat beli) jadi bosen nungguin, trus aku ditinggal. Dia balik lagi, aku masih belum mutusin. Sampe akhirnya seorang om-om bule yang aku ngga notice keberadaannya suddenly negor :

"I've been around you an hour ago, went downstairs, upstairs, then back here again, and you haven't decided yet?"

Hiah segitunya ya om? Trus aku bilang aku bingung mau beli yang Sennheiser atau Philips. Harganya ga selisih jauh, tapi tetep aja bimbang. Pengennya yang Sennheiser sih. Tapi kok juga sayang sama duitnya. Tapi si bule bilang lagi :

"Hey, Philips made kettle, machine wash, blender, cellphones... But Sennheiser only made headphone! So why'd you hesitate?"

Aiyoooh semakin bimbang saja malah. Sampe akhirnya Mas Nuno mengeluarkan sebuah hook maut :

"Darling, come on. Imogen Heap deserve this!"

Duarrr. Langsung aku samber itu kotak dan aku bawa ke kasir. Huahaha, impulsif bener dah. And there you go. Sebuah headphone yang yahhh tipenya middle lah, but still. It's Sennheiser. Mine! Bukan punya ruang siaran :D

Yah begitulah. Ingar bingar sesaat yang cukup menyenangkan. Sekarang aku udah balik lagi kesini, ke ruangan berlapis karpet ini. Dan ahhhh... jadi ngantuk benerrrr. Pengen pijettt...

Owkay. See you when I see you.
.

0 comments:

Post a Comment