Thursday, May 20, 2010

ROBIN is in the HOOD

I went to EP at the previous day. Fourth visitation to cinema this month. Cheese, adanya xxi ini jadi ngebawa pengaruh baik buat bioskop2 lain yang selama ini filmnya jalan di tempat : Jadi ikutan cepet rotasinya :D Yaaa sebelum ada xxi, film sih banyak.. Tapi ngga bikin aku pengen nonton.

Perkara nonton film, buat aku emang harus naksir sama filmnya atau ngga usah sama sekali. On the other hand, ada orang yang lagi senggang trus bisa nonton film apa aja seadanya. Once I've seen group of teenagers kehabisan tiket film A. Trus daripada ngga jadi nonton akhirnya mereka randomly milih film B, yang mereka have no idea itu film apa. Aku kok ngga bisa gitu ya? Biasanya malah ngga jadi nonton aja. Bukan cuma di bioskop, via vcd/dvd juga sama. Kalo belom pengen, mau filmnya lagi happening kaya gimana juga, bisa mangkrak vcd/dvd nya berminggu-minggu.

Ok so it's ROBIN HOOD i've seen. Soalnya penasaran : why Russel Crowe? Ternyata sampai selesai nonton pertanyaannya masih tetep sama : why him? See, one thing bugging me the most is Russel Crowe as Robin Hood. Bukan karena aktingnya engga bagus ya.. It's just.. I can't see Robin Hood on screen. I see Russel Crowe!

Now, dari sisi filmnya sendiri, it's 140 mins long dan plotnya berjalan cukup lambat. Luar biasa. Tapi durasinya memang bukan tanpa alasan. Ada sesuatu yang pengen di breakdown disini. Kita ngga bakal nemu Robin yang tau-tau nyolong sana-sini kaya jaman Kevin Costner, karena basically ini adalah film 'Robin Hood Begins', asal mulanya kenapa seorang Robin Longstride bisa menjadi outlaw, tinggal di Sherwood bersama para Merry Men nya. Meskipun ada komedi disana sini, POV-nya memang agak-agak serius dimana Robin digambarkan sebagai seorang yang revolusioner, yang punya pemikirannya sendiri tentang perang salib dan politik di Inggris abad ke 12 kala itu.

Tapi keseluruhan mise en scene film ini sangat bagus. Terutama penggambaran kesewenang-wenangan King John dan perang-perang ala Anglo Saxon-nya. Jadi premisnya match sama kenapa Robin akhirnya berjuang di jalannya sendiri. Sayang, plotnya ngga nahan lamanya. Mungkin sebenernya bisa dibikin rapet lagi. Karena toh pun dengan durasi yang sedemikian panjang, tokohnya buanyak, dan character buildingnya ngga kegarap semuanya. Yang menonjol cuma beberapa aja. Termasuk Cate Blanchett yang begitu flawless as Lady Marion. Emang 'balungan' aristokrat banget ya ini orang. Paling bisa aja meranin yang beginian.

And my sotoy verdict is 2,5/5. Mengingat ini film prekuel, ada kemungkinan dibikin sekuelnya. Oh but please, do something with Robin Hood's character building. Basically film ini bagus, tapi rasa Robin Hoodnya tipis bener, even kalopun alasannya ini sebuah prekuel. Rasanya sama seperti menonton random medieval-setting movie. Too bad.

Ah, Mr. Ridley Scott, although you didn't change the winning team.. Saya masih lebih suka Gladiator nih.

3 comments:

Erin a.k.a Rei said...

LOL.. iya kmren jg ga jd nnton krna om Russel Crow nya..lg ga pngen liat cowok2 seperti itu sech..kbwa hawa2 lagi ketagihan cowok2 Tokio Hotel sech.. XD

Tapi saya jd pengen nnton bareng mb' dila dech..sepertinya seru..dah lama ga nnton film untuk kmudian dibahas..hehe..ky' gini nech kalo ditinggal lulus duluan ma bocah2 partner nonton..jd ga ad tmen ngebahas film yg biz ditnton.. T.T

diLa said...

tokio hotel? berarti suka cowo2 yang pake maskara dong :D hihihi

hohoho, masalah nonton bareng mah atur ajaa

Erin a.k.a Rei said...

tidaaak..bukan dandanan si Bill..hanya saja lg suka liat cowok muda ~di bayangin saya si robin lebih muda dan lebih tidak "sangar" msh kebawa robin hood yg dulu~..hohoho..drummernya tuh si Gustav bikin deg2an.. ~brasa balik jadi ABG~ eh,tapi lagu mereka seru..

Post a Comment