Monday, May 31, 2010

cottony CLOUD, buttony EYES

Pas long weekend kemaren sempet liat langit ngga? Langitnya cerahhh banget. Dengan awan mempur-mempur seperti kapas. Siang puanas, malamnya bulan bunder terang banget. Beberapa kali keluar rumah tapi mau foto langit/bulannya lupa-lupa melulu.

Oh ya sebelum lupa lagi, (meskipun telat) selamat Hari Raya Waisak bagi saudara-saudaraku umat Buddha yang merayakan. Semoga membawa damai, berkah dan kebahagiaan.

As for me, long weekend terasa sama saja. Jumat tetep siaran, Sabtu tetep ngantor, Minggu juga siaran. Oh tapi Sabtu pulang kantor sempet main ke Papillon, ding. Itu lho, studio komik yang hidup dan aktif di Semarang. Niatnya cuma nebus t-shirt Comic Stuff produksi mereka. Eh sampai disana disodorin artikel Kompas 1 halaman di section Jawa Tengah, seluruhnya tentang Papillon. That was great :D

pojok yang sama yang difoto sama Kompas

Barangkali masih ada yang mikir kalo komik itu kidz bizniz. Well, errr.. Kalau menurut kamu The Spirit dan 300 itu masterpiece.. Selamat, kamu baru saja mengakui bahwa komik adalah seni. Karena kedua film itu diadaptasi dari novel grafis, dimana baik Will Eisner ataupun Frank Miller, kreatornya yang juga komikus, said so.

Jangan liat pangsa pasarnya aja. Liat proses dibaliknya. Mungkin komikus cuma terlihat seperti seniman berpenampilan kucel dan engga dewasa. Tapi mereka hidup dalam industri kreatif. Industri dengan tolok ukur relatif sehingga persaingan dan valuenya lebih ketat. Apalagi industri komik Indonesia yang perkembangannya belum sesubur Jepang atau Amerika. Untuk bertahan dan berkarya itu butuh perjuangan yang luar biasa. Musti pinter ngeliat peluang. Coba main deh ke Papillon. Sebagian besar karya mereka juga dipublish di luar negeri. Ini adalah wujud kerjasama yang disebut submission. Sisanya, mesti ngepot sana-sini buat dapet kontrak penerbitan.

Komik, bagi anak-anak Papillon, memang menghasilkan. Tapi tidak membuat mereka jadi dangkal. I can assure you each of the member had a deep understanding of what they do. Terdengar lebay ya pake understanding segala? Hehe, sejarah komik memang panjang kok. Hieroglif dan arca di Candi Borobudur saja disebut gambar yang naratif, cikal bakal komik. Coba baca trilogi 'komik filsafat tentang komik' karya Scott McCloud : Reinventing, Understanding, and Making Comics. Aku belum nemu referensi lain yang lebih mudah dipahami dibanding ini. Ceritanya aku berbicara sebagai orang awam di dunia komik yang merasa terbantu dengan adanya buku-buku itu. Err, boleh juga dibilang orang awam groupiesnya Papillon :D


Trus aku jadi dapet 'oleh-oleh' file film buat dibawa pulang : CORALINE, stop motion 3D horror-fantasy film. Diadaptasi dari novelnya Neil Gaiman. Beuh. Fantasinya emang dapet banget, which i got thing on it. Aku suka. Tapi horrornya.. Beuh. Juga dapet banget. Ngga bikin takut yang gimana-gimana, it's just so eerie and freakish. Kebayang ngga sih, konsep dunia paralel, dimana semua tampak serba sempurna tapi sebenarnya hanya jebakan untuk mengganti bola matamu jadi kancing? How creepy is that?

Oh ya, Ini bukan film anak-anak yang terlalu happy ya mommies. Well, sebenernya bagus banget karena pesannya kena buat adik-adik. Pastiin aja mereka cukup berani :p and it's PG, so dampingi putra/putrinya, just in case they're get lost in some point. Meskipun plotnya sangat mudah dipahami buat kita yang udah gede, tapi karena kupikir filmnya cukup suram, humornya juga agak satire, dan premisnya dunia paralel, siapa tau adek-adeknya jadi agak bingung.

Film ini recommended deh. 3.5/5. Aku bahkan lebih suka Coraline daripada Corpse Bride. Mungkin karena messagenya Coraline lebih bold ya : be careful of what we wish for. Bahwa kita harus belajar berdamai dengan kenyataan, meskipun tidak serba sempurna. Because good or bad, they are real. Hoho, pesan yang ngga sepele buat sebuah film animasi stop motion. Oh how I love stop motion. Karakteristiknya unik. Sepertinya kesukaanku ini berawal dari Postman Pat. Masih inget ga sih? Lucu bulet bulet bertekstur clay. Lucu! Tapi ngga jadi lucu deh kalo bola matanya diganti kancing. Scawwy.

other-mother and other-father with button-eyes and sweet trap


Ngomong-ngomong soal kancing, ternyata diantara sekian banyak phobia yang 'unik' ada juga phobia sama kancing. Namanya koumpounophobia. Agak aneh, dan ngga masuk akal.. but really, it does exist. Aku juga tadinya engga percaya. Para penderita phobia ini pada jijik ngeliat (apalagi nyentuh) kancing, literally kancing, baik yang nempel di baju atau yang tergeletak gitu aja. Some of them lebih ngeri sama yang terbuat dari plastik daripada yang metal. Sama seperti phobia yang lain, terapi yang dianjurkan untuk penderita koumpounophobia adalah hipnoterapi. Dan jangan nonton Coraline :D

0 comments:

Post a Comment