Thursday, January 21, 2010

Menyumbangkan lagu = membuat lagu jadi sumbang

.
Terima kasih kepada ruangan-ruangan kedap suara di tempat kerja, yang memungkinkanku untuk menyanyi keras-keras, walau sumbang sekalipun.

Terima kasih kepada teman-teman gila dan box-box family karaoke yang terjangkau harganya, yang memungkinkanku untuk menyanyi keras-keras, walau sumbang sekalipun.

Terima kasih kepada mp3 player, jalan raya sepi di subuh hari dan motorku tercinta, yang memungkinkanku untuk menyanyi keras-keras, walau sumbang sekalipun.

Terima kasih kepada tim paduan suara SMP, yang mengajarkan dasar-dasar menyanyi (meskipun akhirnya tidak teraplikasikan dengan baik olehku), yang memungkinkanku untuk menyanyi keras-keras, walau sumbang sekalipun.

Terima kasih.

Terima kasih pada semua kesempatan yang memungkinkanku untuk menyanyi, walau sumbang sekalipun.. Karena seperti sebuah rehearsal panjang, malam resital ini akhirnya tiba juga. Yea. Malam yang bikin pengen MAKAN orang. Malam dimana aku dan Radith yang seharusnya ngemsi dan hanya ngemsi, ehhh malah disuruh nyanyi. Yea. NYANYI. Di sebuah acara reuni pelajar SMA angkatan '50-an, which, mereka hanya mengenal lagu sebangsa Aryati atau Tennessee Waltz. Sementara sehari-hari aku meracau Zookeeper's Boy, meneriakkan Starlight atau merepetkan bridgenya The Walk. Ooops maap. Disuruh nyanyinya bukan cuma pas malem aja. Tapi juga di acara lanjutan keesokan harinya. Beuh.

Ini semua gara-gara EO-nya yang rada ble'e.

SATU, ngemsi jam 6 sore, baru dikabarin jam 4 sore. Padahal posisi aku lagi hectic, kerjaan buanyak, ujan gede, tapi musti pulang dulu ngambil tetek bengek wardrobe ngemsi.

DUA, engga dibriefing sama sekali, engga dikasih rundown, dan ngga ada runner yang ngurusin decision making.

TIGA, orang-orang EO-nya petantang petenteng judes bener, tapi ditanyain hal yang dasar aja ngga bisa mutusin.

EMPAT, udah pernah ditanya apakah aku tipe emsi penyanyi. And I said NO.

Tapi ketika, LIMA, acara mulai ngga jelas mo ngapain (iyalah rundownnya aja ga ada), aku disuruh nyanyi. Diiringi solo organ. Yak, betul, di hadapan sekitar 100-an bapak ibu berusia 60-70 taun, aku disuruh menyanyi SERIUS sebagai bagian dari acara.

ENAM, dengan aku yang akhirnya nyanyi seadanya, rasanya bersalahhhh banget sama audiens. They deserve something better. Padahal kan bukan sepenuhnya salahku juga. Orang dibilang aku bukan emsi penyanyi??

Pokoknya tertekan banget deh. EO-nya careless. Audiens-nya demanding. PLUS disuruh nyanyi lagu-lagu yang ngga dikuasain.

But I will not let that EO thingy bring me down. Hahaha. Dengan skill seadanya dan modal ingatan seuprit hook lagu-lagunya, akhirnya aku sukses menyanyikan L.O.V.E, Quando Quando, Words, Yesterday, Yogyakarta, Sepanjang Jalan Kenangan, dan beberapa lainnya. Sukses apa engga ya? Yah at least ada yang tepuk tangan dan sing along with me lah :) Kata bapak playernya juga lumayan kok. Paling engga ngga deaftone lah. Tinggal dilatih gitu katanya. Beuh. Tinju kali ah dilatih.

Btw, Radith ngga ikut nyanyi kok. Dengan penuh kesadaran dari awal dia bilang "Mba, aku ngga bisa bantuin kamu ya.." Hihihi ngga papa dek Rara... Soalnya sekalinya dia ikut nyanyi, lagu yang aku cuma inget sepotong hooknya di kepala dan sedang susah payah kuraba-raba nadanya jadi buyar semua. Hahaha. But we really had a goooooooood time, yes Dith? :D

'Good' banget sampe pengen ngobrak abrik venue acara rasanya.
RRrrrRRAhhHHrrrr.
Haduh. Ngga lagi-lagi deh beginian.



Kecuali aku boleh nyanyi Zookeeper's Boy juga yaw :)
.

4 comments:

white said...

sekali2 bagi job napa kalo model beginian....hahahahahha

diLa said...

kalo dari awal valid, tak kasih ceu, pasti!

lha ini kan judulnya keblondrok! heuheuheue :D

Riris Handayani said...

nice post..
meet ur blog today, and i like it..
inspired me so much..
thx..keep posting..

diLa said...

@RIRIS :
welcome aboard, dear! no need to thanks, am the one who should thank you for drop me a hello :)

Enjoy!:D

Post a Comment