Friday, August 14, 2009

Burning down the bridge

Rabu malem kemaren i stayed over nite di tempatnya si Bebek, my highschool bestie. Niatnya sih kaga nginep, tapi ngobrol kemaleman, dan akunya malah jadi ngantuk, mana rumahnya di Kedungmundu, yo wis, akhirnya nginep seadanya.

That nite, si Bebek lagi packing. Si lady-traveller ini mo menyambangi sang kekasih di negeri tetangga. Konon mo ketemu keluarga si cowo juga, jadi persiapannnya agak to-the-HE-and-the-BOH.. hehehe. Pas aku dateng kamarnya udah kaya' kapal pecah : mo pake ini ato itu, apakah baju ini cukup decent ato engga, mending bawa ini atau itu, dan begitulah dan begitulah... She's so thrilled! hihihi menyenangkan.

Habis itu kita leyeh-leyeh dan ngobrol ngalor ngidul, sampe ke sebuah pembicaraan tentang moving from our comfort zone. Dalam bentuk yang berbeda, kita berdua harus segera keluar dari 'zona nyaman yang kita kuasai dan kita biasa berada di dalamnya'. Dia versus relationshipnya yang terlalu 'settled'. Saya versus my bedlam life, of course. Meskipun itu berarti kita less control, bersusah payah, dan merasa 'this is not fit, this is not right'... Well, that's why it called "moving from comfort zone".

Dan khusus buat saya, si bebek berkata keras :

YOU SHALL BURNING DOWN THE BRIDGE
SO THERE'S DEFINITELY NO TURNING BACK.


Good point. She just said the most terrifying thing. The million dollar question. The incubus in my sleepless night. And I have to facing that GIANT.

But first, I shall find which bridge i'll pass. Then burning it.

Oh God, please stay with me.

0 comments:

Post a Comment